Jumat, 27 November 2015

lirik dessert

They can imitate you But they can't duplicate you Cause you got something special That makes me wanna taste you I want it all day long I'm addicted like it's wrong I want it all day long I'm addicted like it's wrong Whatcha gon Whatcha gon do with that dessert ... Murder that, murder that Dancefloor, dancefloor ... Murder that Murder that Murder that Are you saving that dessert for me? Cause if you are baby You know you could work for me The way you do it causing jealousy But you don't ever gotta worry about the enemy They try to do it like you And they get mad cause they don't do it successfully They try to copy your moves But they don't never ever do it that tastefully They can imitate you But they can't duplicate you Cause you got something special That makes me wanna taste you I want it all day long I'm addicted like it's wrong I want it all day long I'm addicted like it's wrong Whatcha gon Whatcha gon do with that dessert ... Murder that, murder that Dancefloor dancefloor ... Whatcha gon Whatcha gon do with that dessert ... Murder that Murder that Murder that Are you saving that dessert for me? Cause if you are baby You know you could work for me The way you do it causing jealousy But you don't ever gotta worry about the enemy They try to do it like you And they get mad cause they don't do it successfully They try to copy your moves But they don't never ever do it that tastefully They can imitate you But they can't duplicate you Cause you got something special That makes me wanna taste you I want it all day long All day long All day long I want it all day long All day long Whatcha gon Whatcha gon do with that dessert

Sejarah andalas

Sejarah andalas

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Universitas Andalas periode awal (1948-1958)[sunting | sunting sumber]

Peresmian Universitas Andalas pada tanggal 13 September 1956
Mohammad Hatta, pencetus nama Universitas Andalas
Keinginan masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi sudah ada sejak memasuki abad ke-20. Hal itu dapat dipahami karena pada masa itu sudah muncul golongan intelektual dan cendekiawan yang peduli dengan pendidikan anak bangsa. Namun, Pemerintah Kolonial Belanda tidak memberi kesempatan sedikit pun untuk mewujudkannya. Gagasan itu kembali mengemuka seiring diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Keinginan untuk mendirikan suatu jenjang pendidikan tinggi di Sumatera Barat baru dapat diwujudkan pada tahun 1948 dengan mendirikan enam akademi, yaitu: Akademi Pamong Praja, Akademi Pendidikan Jasmani, Akademi Kadet, Akte A Bahasa Inggris, dan Sekolah Inspektur Polisi. Keenam akademi tersebut berada di Bukittinggi. Selanjutnya, keberhasilan pendirian akademi ini mendorong sebuah yayasan pendidikan bernama Yayasan Sriwijaya untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila (BPTHP) di Padang pada tanggal 17 Agustus 1951. Mengikuti langkah Yayasan Sriwijaya tersebut, kemudian pemerintah mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru diBatusangkar pada tanggal 23 Oktober 1954, Perguruan Tinggi Negeri Pertanian di Payakumbuh pada tanggal 30 November 1954, dan Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) di Bukittinggi pada tanggal 7 September 1955. Keempat fakultas tersebut diresmikan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Seiring dengan itu, Yayasan Sriwijaya pun menyerahkan BPTHP kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Tengah. Dan, sejak itu BPTHP berganti nama menjadi Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.[6]
Kelima fakultas itu menjadi cikal bakal dalam mendirikan Universitas Andalas. Oleh karena merupakan universitas pertama yang didirikan diPulau Sumatera, maka Bung Hatta mengusulkan nama Universitas Andalas, dengan merujuk kepada nama Pulau Sumatera yang juga dikenal dengan Pulau Andalas. Pada tanggal 13 September 1956, Wakil Presiden Mohammad Hatta meresmikan pembukaan Universitas Andalas di Bukittinggi. Selanjutnya, pada tahun 1958, untuk pertama kalinya Universitas Andalas mulai memetik hasil dengan lulusnya Mr. Rudito Rachmad sebagai Sarjana Hukum pertama. Satu tahun berikutnya, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat mewisuda pula empat mahasiswanya, yaitu Mr. Herman Sihombing, Mr. Zawier Zienser, Mr. Eddy Ang Ze Siang, dan Mr. Djalaluddin Ilyas.[7]

Universitas Andalas periode PRRI (1958-1961)[sunting | sunting sumber]

Beberapa bulan setelah meresmikan Unand, Bung Hatta yang tidak sepaham lagi dengan Presiden Soekarno meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden. Sehingga berakhirlah Dwi Tunggal Soekarno-Hatta. Beberapa tokoh militer dan politik pun kemudian bersepakat untuk "menegur" pusat dengan mendirikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan menjadikan Sumatera Tengah, khususnya Sumatera Barat sebagai basisnya.[8]
Oleh karena itu, banyak dosen dan mahasiswa Unand yang menunjukkan kesepahamannya dengan PRRI. Akibatnya, Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan untuk menumpas PRRI juga memporakporandakan kampus Unand yang tersebar di beberapa kota: Padang, Bukittinggi, Batusangkar, dan Payakumbuh serta juga yang baru dibangun di Baso. Situasi politik pada waktu itu benar-benar tidak kondusif untuk melaksanakan aktivitas perkuliahan. Dosen-dosen yang didatangkan dari luar negeri, terutama dari Eropa, ada yang pulang ke negaranya masing-masing dan ada pula yang pindah ke Universitas Gadjah MadaUniversitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. Pada masa PRRI dapat dikatakan sebagai masa kemunduran Universitas Andalas.[9]

Perkembangan dan saat ini (1961-sekarang)[sunting | sunting sumber]

Seiring dengan berakhirnya PRRI, Unand kembali menata perkembangannya. Pada tahun 1961, Unand membuka kembali Fakultas PertanianFakultas Kedokteran, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan memindahkannya ke Padang. Sedangkan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) baru dapat dibuka setahun kemudian dan itupun cuma dengan satu jurusan, yaitu Biologi. Selanjutnya, Perguruan Tinggi Ekonomi yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Pancasila pada tanggal 7 September 1957 menggabungkan diri dengan Unand. Pada tanggal 9 Oktober 1963, Unand membuka Fakultas Peternakan. Fakultas ini merupakan Fakultas Peternakan pertama yang didirikan di Indonesia. Dengan demikian, sampai tahun 1963 Unand telah memiliki tujuh (7) fakultas, namun pada tahun berikutnya FKIP memisahkan diri dan berkembang menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dan selanjutnya berubah nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).[10]
Dengan kepindahan kampusnya ke Padang, Unand mulai membenahi diri secara menyeluruh, baik dari segi organisasi, dosen, maupun infrastruktur. Kampus Air Tawar dibangun untuk Fakultas Pertanian, FIPIA, Fakultas Peternakan, dan FKIP (sekarang menjadi kampus UNP). Adapun Fakultas Ekonomi dibangun di kampus Jati, Padang (sekarang kampus Fakultas Ekonomi Program Reguler Mandiri dan STIE Dharma Andalas). Sedangkan Fakultas Kedokteran terdapat di dua lokasi, yaitu Kampus Jati dan Pondok. Fakultas Hukum tetap berada di kampusnya yang lama di Parak Karambia (sekarang kampus Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri). Adapun rektorat Unand berada di kampus Jati bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi. Pada tahun 1962, jumlah dosen Unand sudah mencapai 261 orang, termasuk 180 orang dosen luar biasa dan "dosen terbang". Adapun jumlah mahasiswanya sudah mencapai 3920 orang.[11]
Pada tahun 1982, Fakultas Sastra didirikan dan mulai menerima mahasiswanya untuk angkatan pertama. Pada awalnya fakultas ini bernama Fakultas Sastra dan Sosial Budaya kemudian berganti nama menjadi Fakultas Sastra karena Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi yang juga baru dibuka "dititipkan" di fakultas ini. Kedua program studi tersebut menjadi cikal bakal untuk mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada tahun 1993. Fakultas Sastra kemudian juga berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya pada tahun 2011. Kampus kedua fakultas ini terletak di Jl. Situjuh, Jati, Padang, yang sebelumnya merupakan Labor Fisiologi Fakultas Kedokteran (sekarang rumah dinas rektor dan gedung percetakan Unand). Berikutnya, Unand membuka pula dua program studi Teknik Mesin dan Teknik Sipil pada tahun 1985, yang merupakan cikal bakal terbentuknya Fakultas Teknik. Pada awalnya pengelolaan kedua program studi ini berada di Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA), sedangkan dalam pelaksanaan perkuliahannya Unand bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendirian Fakultas Teknik ini baru disetujui oleh Dirjen Dikti pada tanggal 13 Mei 1993.[12]
Rektorat Universitas Andalas
Sementara itu, Pendidikan Ahli Administrasi dan Perusahaan (PAAP) yang dibuka di Fakultas Ekonomi pada tahun 1980 berubah nama menjadi Program Diploma III (DIII) Ekonomi. Unand selanjutnya merintis pula pembukaan dua fakultas nongelar teknologi pada tahun 1982, yaitu Politeknik Teknologi dan Politeknik Pertanian. Kampus Politeknik Teknologi berada di Padang sedangkan kampus Politeknik Pertanian berada di Tanjung Pati, Payakumbuh. Fakultas Kedokteran juga mengembangkan diri dengan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis pada tahun 1984. Setahun berikutnya, Unand membuka Program Pascasarjana dengan bekerja sama dengan IPB dan baru pada tahun 2000 Program Pascasarjana ini mulai berdiri sendiri serta mulai pula mendirikan Program Doktor (S3). Seiring dengan itu, Fakultas Ekonomi juga mulai menerima mahasiswa S2 untuk program Magister Manajemen. Selanjutnya, pada tahun 2008 Unand mengembangkan dua jurusan menjadi dua fakultas. Kedua fakultas itu adalah: Fakultas Teknologi Pertanian yang dikembangkan dari jurusan Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian dan Fakultas Farmasi yang dikembangkan dari jurusan Farmasi di FMIPA. Berikutnya, pada tanggal 13 Juli 2012 Fakultas Kedokteran dikembangkan lagi menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang menjadi fakultas kedua belas di Universitas Andalas.[13]
Saat terjadinya gempa bumi tanggal 30 September 2009, identifikasi kerusakan yang terjadi di lingkungan kampus Unand memperlihatkan bahwa hampir semua gedung mengalami kerusakan bervariasi. Kerusakan paling berat terjadi di Fakultas Teknik Universitas Andalas. Sebagai respons cepat atas gempa tersebut, maka dibentuk TimEmergency Response and Recovery untuk membantu masyarakat yang terkena musibah gempa yang diketuai oleh Drs. Alfan Miko, M.Si., Kepala Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Andalas. Dibentuk pula 2 posko gempa, yaitu di Kampus Limau Manis untuk koordinasi dan penghimpunan mahasiswa untuk jadi relawan dan Posko Kampus Unand di Jalan Perintis Kemerdekaan untuk relawan dan penghimpunan berbagai sumbangan.[14]
Love Me Like You Do



You're the light, you're the nightYou're the color of my bloodYou're the cure, you're the painYou're the only thing I wanna touchNever knew that it could mean so much, so much
You're the fear, I don't careCause I've never been so highFollow me to the darkLet me take you past our satellitesYou can see the world you brought to life, to life
So love me like you do, lo-lo-love me like you doLove me like you do, lo-lo-love me like you doTouch me like you do, to-to-touch me like you doWhat are you waiting for?
Fading in, fading outOn the edge of paradiseEvery inch of your skin is a holy gray I've got to findOnly you can set my heart on fire, on fireYeah, I'll let you set the paceCause I'm not thinking straightMy head spinning around I can't see clear no moreWhat are you waiting for?
Love me like you do, lo-lo-love me like you doLove me like you do, lo-lo-love me like you doTouch me like you do, to-to-touch me like you doWhat are you waiting for?
Love me like you do, lo-lo-love me like you doLove me like you do, lo-lo-love me like you doTouch me like you do, to-to-touch me like you doWhat are you waiting for?
I'll let you set the paceCause I'm not thinking straightMy head spinning around I can't see clear no moreWhat are you waiting for?
Love me like you do, lo-lo-love me like you doLove me like you do, lo-lo-love me like you doTouch me like you do, to-to-touch me like you doWhat are you waiting for?
Love me like you do, lo-lo-love me like you doLove me like you do, lo-lo-love me like you doTouch me like you do, to-to-touch me like you doWhat are you waiting for?

ITB mendapatkan mendali

BANDUNG, itb.ac.id - Tim ITB kembali menyabet gelar juara di ajang lomba nasional. Kini, giliran mahasiswa dari ranah kebumian yang menunjukkan taring mereka. Perlombaan tersebut diselenggarakan oleh Brawijaya Geophysics Festival 2015 pada Rabu-Sabtu (11-14/11/2015) di Universitas Brawijaya, Malang. 

Brawijaya Geophysics Festival merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Geofisika Universitas Brawijaya (IMGF UB). Pada tahun ini, Brawijaya Geophysics Festival 2015 mengangkat tema "Petroleum - Geothermal: Sustainable Energy for Indonesia". Festival ini diselenggarakan dalam tiga bentuk acara yaitu praacara berupa foto kontes, acara utama berupa student competition yang terdiri atas Seismic Interpretation Challengedan Essay Competition, seminar nasional, dan fun trip, serta pascaacara berupa gala dinnerdan malam penganugerahan. 

Pada Seismic Interpretation Challenge, ITB mengirimkan dua tim dari Teknik Geofisika. Tim pertama yang beranggotakan Kadek Hendrawan Palgunadi, Atin Nur Aulia, dan Dias Pramukusuma (Teknik Geofisika 2012) berhasil meraih juara pertama, sedangkan tim kedua yang berisi Irfan Aufa, Putri Rafika Dewi, dan Ridho Nanda Pratama (Teknik Geofisika 2012) menyandang titel juara kedua. Pada cabang Essay Competition, Yuzar Aryadi Bin Delmizar (Teknik Perminyakan 2012) mendapatkan gelar juara pertama disusul oleh Extivonus Kiki Fransiskus (Teknik Geologi 2012) yang menempati posisi kedua. 

SBM ITB

BANDUNG, itb.ac.id - Sebuah gagasan mengenai program mentoring oleh pengusaha papan atas lahir langsung dari buah pikir Ketua Dewan Penasihat Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB yang juga merupakan salah satu pendiri sekolah tersebut, Prof. Kuntoro Mangkusubroto. Kuntoro menyampaikan idenya pada pertemuan Dewan Penasihat SBM ITB dan donatur yang diadakan di Jakarta pada Rabu (12/08/2015). Program mentoring adalah program bimbingan yang disampaikan oleh para pemimpin bisnis senior bagi para pengusaha tingkat I. "Kami berpikir untuk mengembangkan program . Yaitu tentang bagaimana meng-upgrade pengusaha dengan USD 1-5 juta menjadi USD 30-50 juta, " jelas Kuntoro.

Ide Kuntoro disambut baik, khususnya oleh pengusaha senior seperti Joe Kamdani (Datascrip) dan Sudhamek AWS (Garudafood). Pada kesempatan tersebut, Sudhamek juga ikut berbagi pengalaman mengenai program bimbingan yang dilakukan oleh Garudafood bernama Garudapreneur. Di samping itu, pada sesinya, Joe Kamdani mengingatkan bahwa menjadi pengusaha merupakan suatu keputusan diri. "Mereka (pengusaha) sendirilah yang akan memutuskan berapa banyak yang mereka ingin capai," kata pendiri Datascrip, sebuah perusahaan one-stopsolusi bisnis. Pertemuan yang berlangsung dua jam tersebut turut dihadiri oleh Dekan SBM ITB Prof. Sudarso Kaderi Wiryono dan lebih dari 20 anggota Dewan Penasihat serta donatur. Donatur yang hadir sebagian besar berasal dari praktisi bisnis, di antaranya Teddy Rachmat (Adaro), AT Suharya (Baramulti), Shanti L. Poesposoetjipto (Samudera Indonesia), Maroef Sjamsoeddin (Freeport), dan Purnomo Prawiro (Blue Bird).

kunci sukses

Semangat dan Kompak: Kunci Sukses Ala Tim Kuya Navinata

Setelah meraih prestasi, tim Kuya Navinata tentu tidak akan merasa puas. Tharina sebagai salah satu anggota tim mengaku bahwa LKTI yang diikuti merupakan sebuah batu loncatan yang tentu saja masih banyak batu loncatan lainnya yang lebih istimewa dan harus dikejar oleh anggota tim Kuya Navinata. "Kami tidak berhenti di sini, prestasi ini merupakan sebuah penyemangat baru bagi kami untuk terus berkarya," tegas Tharina.

Dalam singkat kata, tim Kuya Navinata sangatlah menjunjung kekompakan antar anggota tim. Ide dan gagasan yang disodorkan dalam LKTI tersebut menjadi bukti dari hasil kerja keras mereka. "Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti berusaha takkan menjadi seorang pemenang. Selama kita masih punya tekad yang terpelihara dalam semangat, maka tiada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru," tutur Mario ketika diminta untuk memberi motivasi kepada civitas academica ITB.

ITB gelar juara

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali meraih prestasi membanggakan. Melalui tim Kuya Navinata dan tim Ganesha Bahari dari Program Studi Teknik Sipil dan Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, gelar juara satu dan harapan satu berhasil direbut ITB dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional antar mahasiswa yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Ajang yang berajuk "Dedikasi 2015" tersebut membawa tema khusus dengan semboyan "Good Civil For Great Nation" yang diselenggarakan pada Senin-Kamis (26-29/10/15) di Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tim Kuya Navinata yang beranggotakan Denissa Sari Darmawi Purba (Teknik Sipil 2012), Mario Hartono (Teknik Sipil 2012) dan Tharina Nursalika Adhyati (Teknik Sipil 2012) mengangkat karya dengan judul "Proses Reklamasi Pantai Pulau Lotus yang Sustainable dengan Pemanfaatan Material Timbunan Lumpur Lapindo". Sedangkan tim Ganesha Bahari dengan anggota Muh. Abdhy Gazali HS (Teknik Sipil 2012), Munawir Bintang (Teknik Kelautan 2012) dan Ahmad Zulfadilah (Teknik Kelautan 2012) membawa karya dengan judul "Smart Design Waterfront City  pada Pembangunan Center Point of Indonesia di Makassar". Adapun tema khusus dari LKTI yang diselenggarakan tersebut adalah "Pengembangan Reklamasi Pantai yang Efektif,Inovatif, dan Ramah Lingkungan".

Tim Kuya Navinata: Timbunan Lumpur Lapindo sebagai Inovasi Reklamasi Pantai